28.4.09

BERAWAL DAN BERAKHIR DI MEJA MAKAN


BERAWAL DARI MEJA MAKAN
Oleh: S. Gegge Mapangewa
Jakarta, 17 Maret 2009. Bis bandara mengantarku ke terminal Lebak Bulus sekaligus mengantaku menelusuri sebuah lorong di hatiku. Lorong sunyi masa lalu. Lorong yang menyimpan memori saat enam tahun yang lalu saya menginjakkan kaki di ibukota ini. “Jakarta, I’m coming again!” Sebuah suara menggema di lorong sunyi itu.

Tak ada yang istimewa di bis ini. Meski David Chalik, sang bintang sinetron, hadir satu bis denganku. Dia boleh jadi tokoh utama di sinetron, tapi kali ini nasibku lebih mujur daripada dirinya yang berdiri di depanku karena tak mendapat tempat duduk.
***
Tiba di lokasi training menjelang maghrib. Penat. Lelah. Registrasi secepatnya lalu masuk kamar. Saya ingin sekali isitirahat tapi tentu saja itu tak mungkin, teman sekamar harus kusapa. Sekamar dengan peserta dari Maluku Utara dan Kalimantan Selatan.
Saatnya bergabung dengan peserta lain. Dari meja makan ini kisah berawal. Setelah dipertemukan dengan teman sekamar, kali ini dipertemukan dengan teman semeja makan. Jabat tangan sebut nama. Soleh dari Banten. Barma dari Lampung. Munawar dari Sulbar. Dan saya, Gegge dari Sulsel. Dan siapa sangka, breakfast, lunch dan dinner berikutnya, kami selalu saling mencari untuk satu meja makan. Bahkan untuk menerima materi pun, sering duduk bersebelahan. Hingga perpisahan itu datang merenggut kisah yang sering kami bagi di meja makan.
Soleh dan Munawar yang sudah beranak pinak selalu memberi motivasi menikah. Barma yang pelantun nasyid ternyata sebelumnya adalah penyanyi elekton yang biasa manggung di tempat terbuka. Dan saya yang ketahuan sebagai penulis, selalu dimintai ‘materi kepenulisan’ saat ngumpul. Saya dan Barma selalu jadi bulan-bulanan sindiran karena belum menikah. Bahkan beberapa nama sempat disebutkan untukku segampang itukah memiliih pasangan hidup?
***
Hari terakhir. 21 Maret 2009. Kami satu meja makan lagi. Saya membagikan novel terbaruku (Cupiderman 3G) untuk mereka bertiga. Ternyata keakraban yang berawal di meja makan itu akhirnya berakhir juga di meja makan. Saya, dan kuyakin juga mereka menyimpan rindu di hati masing-masing. Kesibukan membuat kami tak bisa mencurahkan rindu meski hanya sekadar smsan.
Semoga ada meja makan yang akan mempertemukan kami kembali. Amin! Ya, selain kami berempat, peserta dari semua propinsi itu kini terikat dalam ikatan GEMPITA (Generasi Muda Pembina Insan Berprestasi). Sebuah amanah yang tak ringan tapi insya Allah imbalannya juga tak ringan! Allahu Akbar!!!***(Kenangan Training Of Trainer Kebijakan Kepemudaan dalam rangka Penanggulangan Faktor Destruktif)






0 komentar: