22.4.10

MEMPERTAJAM FIRASAT


MEMPERTAJAM FIRASAT

Daripada mimpi buruk itu menjelma lagi. Mungkin, tak ada salahnya firasat yang menjelma.
Mungkin…? Semoga bukan apatis. Saya benar-benar takut dengan mimpi itu. Kematian itu milik semua orang. Tapi mimpi buruk itu? Mungkin hanya padaku. Jadi, semoga bukan apatis, mungkin firasat itu lebih baik menjelma. Wajahnya tak pernah bisa kukenali. Berganti rupa setiap datang. Kadang rupa monster, kadang rupa malaikat. Tapi bagiku semuanya adalah nightmare. Jika firasat itu datang menjelma, adakah bekalku telah cukup? Saya enggan berpikir bekal! Mimpi buruk itulah yang menguras semua bekalku selama ini. Saya takut, mimpi buruk itu datang menjelma, dan saya selalu rapuh untuk bisa melawannya.

lanjutan cerita......

17.4.10


SAAT MALAM
Kuyakin, malam ini saya tak bisa lagi tidur. Sampai pagi, mata ini tak akan bisa kubujuk untuk tidur. Dan yang paling kubenci, setiap mata tak bisa kompromi seperti ini, sesosok bayangan akan datang mempermainkanku. Jika kutepis, dia akan datang dalam mimpi burukku dalam tidurku esok hari.


Hhhhaahhhh…! Rongga dadaku sepertinya menyempit. Alveolusku sepertinya gagal melaksanakan tugasnya sebagai tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Arteri pulmonalisku seperti melebar, sedangkan vena pulmonalisku menyempit, membuat oksigen di rongga dadaku kurasa berkurang. Hhhhhahhh….! Sekali lagi kuhempas napas. Masih tetap sesak! Ya, Allah! Aku ingin tidur malam ini. Ingin sekali! Ya, Allah…. Sudilah menukar mimpi burukku selama ini dengan mimpi harapan.
Kini, tak cukup dengan menghempas napas! Kucoba mengelus dada dengan istighfar, semoga menjadi mantra pengusir sosok yang selalu hadir di mimpi burukku! Allahku, hanya Engkau yang mampu mengusir mimpi buruk itu! Jangan pernah datangkan lagi mimpi serupa itu di malam-malamku!
Malam semakin menanjak. Sebentar lagi akan tergelincir di subuh yang dingin. Gerimis tipis perlahan menebal, sayup, lalu tipis kembali. Tak usah kubujuk, mataku memang tak bisa terpejam malam ini. Tak mengapa! Demi tak bertemu sosok-sosok yang selalu hadir dalam mimpi burukku. Biarlah! Akkhhh, sepertinya saya telah terbiasa dengan kata ‘biarlah’. Mengapa sedikit pun saya tak pernah berusaha melawan? Ahhh… biarlah! Buat apa melawan, ini adalah takdir, meski kutahu setengahnya adalah pilihanku!
Allahku…! Engkau seperti prasangkaku, kan? Dan saya akan selalu datang padamu dengan prasangka baik! Engkau akan mengusir sosok-sosok itu dari mimpi burukku! Engkau akan menggantinya dengan mimpi manis yang seumur hidupku belum pernah kurasakan! Belum pernah ya, Allah! Mungkinkah malam ini terkabul ya, Allah? Mungkin mustahil, karena saya telah yakin, malam ini saya takkan bisa tertidur! Kutunggu di malam-malam berikutnya, wahai Yang Tak Pernah Tidur! Kuakan selalu menunggu, wahai Yang Tak Beranak dan Tak Diperanakkan! Hanya Engkau!!!!!

lanjutan cerita......