HATI-HATI MEMBANTING PINTU
OLEH: S. GEGGE MAPPANGEWA
Ramadhan datang mengetuk pintu. Kesempatan untuk membersihkan hati sekaligus melembutkannya. Karena begitu banyak di antara kita yang merasa telah memiliki hati yang sebersih-bersihnya, tapi ternyata tak bisa melembutkannya. Setahun perjalanan sejak Ramadhan yang lalu, adalah mustahil hati kita masih sebersih Syawal yang lalu. Tingkah, lisan hingga prasangka pasti pernah menyesatkan langkah kita, entah itu sengaja atau tidak.
Sejenak, mari kita renungkan, pada siapa kita pernah khilaf dalam tingkah dan lisan, pada siapa kita pernah berprasangka. Tingkah, lisan, dan prasangka yang mungkin telah membuat keakraban terlerai. Terlerai setelah terbakar amarah.
Sengaja ataupun tidak, entah mengapa, banyak sekali orang yang suka membanting pintu saat marah. Andai pintu bisa bicara, dia akan terheran-heran; “Lho, apa salah dan dosaku?” Dan andai pintu benar-benar bicara, dan mengucapkan kalimat itu, orang yang marah dan membanting pintu juga akan lebih heran; ”Lho, kok pintu bisa bicara?” :)
Biasanya, semakin besar kemarahan, semakin besar pula energi yang dikeluarkan untuk membanting pintu. Ingin kuingatkan, hati-hati membanting pintu! Jangan mentang-mentang pintu tak bisa bicara, tak bisa melawan, lalu meluapkan kemarahan pada pintu. Bukan takut salah banting lalu terjepit tangan sendiri.
Sekali lagi, hati-hati membanting pintu! Jangan sampai pintu yang telah kamu banting itu, kamu datangi kembali untuk kamu ketuk! Inilah peran yang paling susah dilakoni, mengetuk kembali pintu yang telah dibanting. Bukan keberanian, tapi kelembutan hatilah yang dibutuhkan untuk peran ini. Apalagi jika kita adalah manusia yang merasa harga diri premium, jangan harap kamu bisa datang lagi untuk mengetuk pintu itu! Bahkan dengan harga diri yang berkelas medium hingga kelas low pun akan ragu untuk melakukan peran ini. Ya, hampir tak ada yang pernah berani datang untuk mengetuk kembali pintu yang telah dibantingnya. Makanya, kuingatkan sekali lagi, hati-hati membanting pintu! Jangan sampai pintu yang kamu banting itu akan kamu datangi untuk kamu ketuk kembali!
Sebenarnya, meskipun susah, ada beberapa orang yang mampu melakukan ‘adegan berbahaya’ ini. Mereka adalah orang-orang yang harga dirinya berkelas no price. Tapi maukah kita disebut orang yang tak punya harga diri, no price? Karena selama ini, hampir di mata semua orang, meminta maaf adalah sebuah kehinaan. Dan ingin kukatakan, jika kamu mampu melakukannya, kamu bukanlah orang yang harga dirinya berkelas no price, tapi low profile. Bahkan hingga maafmu pun tak diterima, lalu kamu datang mengetuknya beribu-ribu kali, grafik harga dirimu akan semakin naik dan kamu sesungguhnya yang berkelas premium itu!
Ramadhan datang mengetuk pintu. Jika esok atau lusa, seseorang datang mengetuk pintu hatimu yang telah dia banting, dia bukanlah orang yang harga dirinya berkelas no price.
Ramadhan datang mengetuk pintu. Jangan tunggu besok, mari mencari pintu yang telah kita banting untuk kita ketuk. Untuk memperbaiki kelas harga diri kita! Dan kamu jangan pernah merasa kelas premium kalau kamu belum pernah mengetuk pintu yang telah kamu banting! Jika kamu telah mampu melakukannya, jangan pernah lagi mengulangi membanting pintu! Semarah apapun kamu.
16.8.09
Belajar Bijak (Hati-Hati Membanting Pintu!)
Diposting oleh Gegge di 21.38
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Posting Komentar